Idul Adha kala pandemi. Berkorban Perayaan

Idul Adha 1442H/2021 adalah hari raya paling berbeda yang saya alami hingga tulisan ini dibuat. Yang membuatnya berbeda adalah saya hanya merayakannya di rumah. Dan sendiri. keadaan pandemi memaksa saya untuk “berkorban” perayaan.

1,5 bulan sebelumnya Allah berkehendak memanggil pulang bapak mertua. Tahun ini rentetan berita duka datang dari keluarga sendiri maupun dari kerabat. Hari itu merupakan hari yang membawa kesedihan yang sangat bagi istri. Sosok panutan selama hidup yang membimbingnya hingga dewasa dan memiliki keteguhan iman kembali kepada Allah. Sejak saat itu, kami sepakat untuk sementara waktu kami hanya berhubungan jarak jauh. Istri dan anak-anak menemani ibu mertua hingga keadaan membaik.

Pandemi masih pada puncaknya. Semoga ini puncak terakhir. hingga 57ribu masyarakat terdeteksi positif dan lebih dari 10ribu meninggal dunia dalam satu hari. Kondisi ini membuat saya memutuskan untuk berdiam diri di rumah kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.

Pandemi sedemikian parahnya. PPKM Darurat diberlakukan. Perjalanan lintas kota sangat dibatasi. Kerumunan dicegah agar tidak terjadi. Pemerintah pun menganjurkan untuk tidak melaksanakan solat Idul Adha secara berkerumun dalam jumlah besar. Sejumlah daerah mematuhi anjuran tersebut. Sebagiannya lagi tetap melaksanakan dengan ikhtiar menerapkan prokes. Di komplek saya tetap dilaksanakan solat Idul Adha berjamaah, tetapi saya memutuskan untuk solat di rumah saja.

Tidak hanya itu, pelaksanaan penyembelihan pun dilakukan dengan jumlah orang yang terbatas. Biasanya saya terlibat bantu-bantu. tetapi kali ini saya tidak. keluar rumah pun di hari raya ini tidak saya lakukan kecuali membersihkan halaman rumah.

Hanya di rumah seorang diri tidak bersama keluarga. Tidak pula dengan istri dan anak-anak. Saya berpendapat jika inilah yang terbaik bagi saya. Saya setuju penyembelihan hewan qurban tetap harus dilaksanakan dengan tentu dibatasi agar tidak terjadi kerumunan. Namun, saya merasa solat Idul Adha di saat sekarang ini tidak perlu dilakukan dengan cara seperti biasanya. Cukup di rumah masing-masing.

Salah satu hikmah yang selalu saya percaya tentang ibadah qurban adalah merelakan. Merelakan hal yang paling dicintai untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu keridhoan Allah. Bagi saya saat ini pun kita sedang diuji untuk merelakan hal sunnah yang sangat lekat dengan ummat muslim untuk sesuatu yang wajib. Sekala prioritas yang tidak perlu diperdebatkan lagi, wajib di atas sunnah. Solat Idul Adha berjamaah itu sunnah. Sedangkan menyelamatkan nyawa adalah wajib. 10ribu kematian dalam sehari bukanlah suatu hal yang remeh. Meskipun para pemuka muslimin terbagi pendapatnya akan hal ini. Semoga tidak ada ego dalam pengambilan keputusan itu.

Tidak ada perayaan seperti sebelumnya. Hanya sendiri di rumah. Bukan berarti tanpa arti. Ada kesempatan untuk merenungi lebih dalam lagi tentang banyak hal. Kesempatan bermuhasabah di hari yang Allah muliakan agar esok semakin baik lagi. Kesempatan untuk lebih khusuk lagi dalam berdoa. Semoga Allah menyelamatkan muslimin dan Indonesia. Agar pandemi ini cepat pula mengakhiri kisahnya.

Purwakarta, 20 Juli 2021/10 Dzul Hijjah 1442H

Leave a comment